ESNBanten—Setiap pagi buta, Madkusen, pria 60 tahun, warga Kecamatan Cicurug Kota Serang, Provinsi Banten, selalu bergegas meninggalkan rumahnya dan melawan udara dingin pagi.
Tujuannnya cuma satu, mendapatkan koran harian untuk segera distribusi ke pelanggan di Pandeglang. Kota yang berjarak sekitar 30 kilo dari rumahnya.
Sebab, jika kesiangan, Madkusen bisa kena omel pelanggannya yang ingin segera mendapatkan berita teranyar dan paling ditunggu. Bisa juga pelanggan akan berhenti langganan.
Namun kini, nasib Madkusen seperti menawar ajal dan berharap korannya masih ada yang beli meski dari pelanggan perkantoran.
“Tapi itu dulu. Sekarang sudah jauh berbeda. Bahkan saat ini saya hanya bertahan hidup dengan jumlah koran yang minim untuk pelanggan perkantoran di Pandeglang,” terang Husen, nama panggilan populernya, Rabu, 31 Agustus 2022.
Baca Juga: Viral Perempuan Masuk Lapang Sepakbola dengan Santai dan Paksa Pulang Suami, Penonton Dibuat Melongo
Madkusen yang sudah melakoni berjualan koran hampir 44 tahun ini, menceritakan jika saat ini pelanggannya tinggal belasan kantor dengan jumlah sekitar 100 eksemplar koran lokal dan nasional.
“Saya jualan koran sejak tahun 1978 pak, sejak jaman Bupati Karna Suwanda. Meski sekarang ini koran semakin redup karena dihantam badai media online, tapi saya tetap jalani karena ini pekerjaan satu-satunya sejak dulu. Mungkin sampai ajalnya koran tiba,” ujar Husen, sambil membaca berita headline koran lokal.
Meski demikian, bagi bapak 3 anak ini, ia tetap bersyukur masih mendapatkan sumber rizki dari korannya.
Menurutnya, walau jumlah pelanggan terus menyusut, selain hantaman covid-19, beberapa kantor sudah mulai menghentikan langganan korannya dengan dalih tidak ada anggaran untuk itu.
Namun Husen percaya, jika wartawan koran yang dijajakannya bersedia membantu memasarkan, kantor-kantor pun masih bisa menyisihkan anggaran untuk berlangganan.
Baca Juga: Tekad Bali United Jaga Tren Positif Kontra Persebaya: Jadwal BRI Liga 1 Pekan ke 8
“Kalau sekarang meski ada berita lokal yang bikin geger pembaca, tidak besar pengaruhnya karena kalah cepat dengan media online tadi. Sudah tidak terlihat lagi pembaca koran berdiri dipinggir jalan kan?” katanya setengah bertanya.
“Saya merasakan kejayaan berjualan koran di Pandeglang sekitar jaman Bupati Suyaman. Sudah 8 bupati definitif saya rasakan,” imbuhnya.
Artikel Terkait
Jalan Panjang Abie Wijaya, Alumni SD Nagata shogakkou Jepang Menuju Ponpes Gontor
Pantang Meminta-minta Meski Tubuh Mulai Renta
Perjuangan Felix, Bocah Yatim Penjual Kripik dan Bastus dengan Jalan Kaki Belasan Kilometer
Dengan Nyiru Abah Maman Yakin jika Rezeki Tak Pernah Keliru
Serunya Berburu Belut Sawah Sepulang Sekolah
Belajar Sabar dari Pedagang Bendera Merah Putih : Saya Ikhlas, Mungkin Belum Rejeki..