ESNBanten—Cuaca mulai gelap pertanda sore akan turun hujan. Namun sekelompok anak-anak usia SD terlihat tetap tertawa riang sambil menyusuri pematang sawah yang sudah tertata.
Genangan air sawah terlihat jelas. Musim tanam padi akan segera dimulai. Di petak-petak sawahdan dipematang inilah perburuan seru akan dimulai. Di situlah belut-belut sawah berkumpul.
Mata anak- anak itu terus mencari lubang-lubang kecil di pinggir pematang yang diperkirakan tersembunyi belut.
Ya belut sawah, mahluk kecil yang dikenal licin tapi terasa gurih dan bergizi saat diolah.
Anak-anak dari Kampung Nagara, Keluarahan Kadumerak, Kecamatan Karangtanjung, Pandeglang itu sepertinya tidak menghiraukan hujan yang segera turun.
Baca Juga: Fun Fact: Semua Tim Di Grup G Kualifikasi Piala Dunia AFC, Lolos Ke Piala Asia 2023, Ada Indonesia
Sambil menenteng alat ‘mengurek’ yakni alat pancing belut dengan tali kenur yang diberi kail,mereka terus bergerak mencari lubang belut di setiap jengkal pematang tersebut.
Aktifitas anak-anak memburu belut sawah ini memang mudah dijumpai hampir setiap harinya, sesudah jam pulang sekolah atau pada sore hari.
“Hari ini saya sudah dapat sepuluh belut. Nanti mau dimasak digoreng, lumayan buat lauk makan,” kata Bagas (13 tahun) sambil memperlihatkan belut seukuran jari kelingking yang didapatnya.
“Tadi nyari belutnya sampai Kampung Cikondang, biasanya dapat banyak, hari ini saya dapat cuma sedikit, “imbuh Yasin (10) , bocah lainnya.
Bagi sebagian anak-anak daerah lain, berburu belut dengan alat sederhana, di pematang sawah mungkin menjadi barang aneh atau langka.
Baca Juga: Nikita Mirzani Dijemput Paksa Polisi Serang Kota dari Kediamannya, Kasus Apa?
Bahkan bisa jadi sebagian besar anak-anak seusia Yasin merasa takut atau jijik menangkap belut.
“Anak-anak di kampung sini sangat gemar mencari belut sawah hampir setiap sore hari,” terang Misri, Ketua RT Kampung Nagara, Rabu sore, 15 Juni 2022.
Artikel Terkait
Memancing Belut Ditengah Hamparan Beton Kota Jakarta
Jalan Panjang Abie Wijaya, Alumni SD Nagata shogakkou Jepang Menuju Ponpes Gontor
Pantang Meminta-minta Meski Tubuh Mulai Renta
Perjuangan Felix, Bocah Yatim Penjual Kripik dan Bastus dengan Jalan Kaki Belasan Kilometer
Dengan Nyiru Abah Maman Yakin jika Rezeki Tak Pernah Keliru