ESNBanten—Abah Maman (56 tahun) tak merasa lelah atau bosan dan terus menapaki jalan dari pertigaan Majasari hingga Alun-alun Pandeglang, setiap siang hingga sore hari, hampir selama 20 tahun.
Dipundaknya, terpikul sekitar 25 buah ‘nyiru’ atau biasa juga disebut dengan tampah atau penampi, serta kipas dapur sebagai barang dagangan yang ia jajakan.
Fisik abah Maman, warga Desa Pagerbatu Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang ini boleh jadi nampak lebih tua dari usianya.
Meski begitu, ia mengaku tidak akan pernah berhenti berjualan nyiru itu selama masih kuat. Padahal, jarak yang harus dilalui setiap harinya, setidaknya 7 kilometer.
“”Setiap habis duhur abah jalan kaki bersama Rohmah, anak abah nomor enam kelasempat SD, dari pertigaan Pasar Maja sampai Alun-alun, pulang pergi berjualan nyiru dan kipas dapur atau Ihid,” jelas Abah Maman ditengah istirahat di Alun-alun Pandeglang, kepada ESNBanten.com.
Baca Juga: Profil Andrew Redmayne, Kiper Australia, Bawa Soceroos Ke Piala Dunia
Ia Menceritakan jika setiap berangkat dan pulang ke rumah di Pagerbatu, Abah Maman menggunakan ojek motor.
“Sampai rumah ongkosnya dua puluh lima ribu. Kalau harus jalan kaki nggak kuat, terlalu jauh dan jalannya menanjak,” ujarnya.
nyiru dan kipas yang dijualnya, ia dapat dari tetangga yang memang banyak memproduksi kerajinan anyaman bambu ini.
“Kalau bikin sendiri nggak cukup waktunya, tapi sekali-kali abah bikin sendiri juga. Yang nyiru biasanya abah jual Rp50-60 ribu, kipas Rp 10 sampai Rp15 ribu. Kalau lakunya banyak ya lumayan lah buat makan meskipun harus dipotong ongkos,” terangnya.
Namun, abah Maman tidak menampik jika pembeli barang dagangannya terkesan lebih karena merasa iba atau kasihan, dibanding membeli karena kebutuhan.
Baca Juga: Dua Keuntungan Timnas Indonesia Jelang Lawan Nepal di Kualifikasi Piala Asia 2023, Yakin Lolos?
“Kelihatannya sih orang beli nyiru ini banyak karena kasihan mungkin ya..habis sekarang ini kan sudah banyak yang pakai alat-alat modern. Ya Alhamdulillah…setiap hari ada saja yang membeli nyiru atau kipas mah… meskipun jumlahnya tidak tentu. Abah percaya Gusti Allah tidak akan keliru memberi rezeki kepada mahluknya. Kalau hari ini belum laku satu nyiru pun,” kata abah Maman.
Ditengah gempuran jaman, gaya hidup dan kemajuan teknologi, abah Maman tetap memelihara keyakinan jika nyiru dan kipas bambu yang ia jajakan bersama anaknya, tetap akan ada yang membeli sebagai jalan mendapatkan rezeki.
Artikel Terkait
Bersama Tayo, Abah Mamad Tetap Gigih Jalani Masa Sulit
Dari Lahan Kubur, Wanita Renta ini Berusaha Hidupkan Dapur
Sudah 40 Tahun Kakek Unda Bertahan dengan Ramuan Cincau Cylea Berbata
Jalan Panjang Abie Wijaya, Alumni SD Nagata shogakkou Jepang Menuju Ponpes Gontor
Perjuangan Felix, Bocah Yatim Penjual Kripik dan Bastus dengan Jalan Kaki Belasan Kilometer