Tubuh jangkungnya tidak lagi terlihat tegak. Suara batuk kecil sesekali keluar dari mulutnya. Kulit keriputnya jelas terlihat kering, dengan barisan gigi yang banyak tanggal. Namun, semua itu tidak membuatnya berhenti berkeliling memanggul tumpukan kitab seberat 40 kiloan. Saat tubuh mulai renta, kakek ini tetap bekerja pantang meminta-minta.
ESNBanten- Diusianya yang sudah 78 tahun, Abah Engkus, warga Kampung Kabayan Cikole, Kelurahan Kabayan, Kecamatan Pandeglang ini terbilang tetap kuat.
Betapa tidak, disaat kondisi tubuhnya yang sudah terlihat “bungkuk udang”, ia masih mampu berkeliling dari satu kantor ke kantor lainnya, dengan menggendong tumpukan kitab seberat hampir 40 kilo-an.
Pekerjaan berdagang kitab itu ternyata sudah dilakoni Abah Engkos hampir separuh usianya. Ia mulai berdagang keliling menjajakan kitab, buku bacaan anak, songkok, serta tasbih, sejak tahun 70-an.
Baca Juga: Sudah 40 Tahun Kakek Unda Bertahan dengan Ramuan Cincau Cylea Berbata
“ Saya mulai berdagang kitab sejak jaman Bupati Pandeglang dijabat pak Karna Suwanda. Pelanggan saya kebanyakan pegawai negeri, dan sudah banyak yang pensiun,” ucap Abah Engkus sambil menggerakan tasbih digital dijarinya, saat ditemui di belakang Kantor Setda Pandeglang, Kamis, 10 Juni, 2021.
Dengan demikian, sampai saat ini Abah Engkus setidaknya sudah mengalami 7 kali pergantian kepemimpinan bupati definitive.
“ Kalau sekarang jualan agak susah, sudah banyak yang pakai HP, beda dengan dulu,” ujarnya.
Menurutnya, meski saat ini tidak lagi setiap hari berkeliling untuk berjualan kitab, namun ia menolak untuk berhenti sesuai permintaan anak-anaknya.
“ Sekarang abah Cuma tiga hari berjualan. Belanja buku atau kitabnya tidak lagi ke Jakarta, cukup di Serang, Nggak kuat naik bus umumnya,” kata Abah sambil menyeka keringat.
“Yang penting tangan abah harus tetap bisa diatas, jangan sampai dibawah atau meminta-minta,” imbuh abah, bapak dari 4 anak ini sambil memperagakan tangan keriputnya.
Dengan tetap keliling berdagang kitab ini, Abah Engkus mengaku tetap bersyukur bisa memperoleh rizki untuk kebutuhan makan keluarganya.
“Lumayan aja pak, sekedar untuk makan di rumah. Kalau sekarang yang beli kebanyakan buku bacaan anak-anak. Abah juga tidak tahu persis, mereka membeli buku atau kitab ini apakah karena memang perlu atau karena merasa iba, ” terangnya.
Prinsip Abah Engkus memang patut diacungi jempol. Pantang meminta-minta meski tubuhnya mulai terlihat renta.
Artikel Terkait
Nenek Ini Nyanyikan “Lagu Yang Sama” Selama Setengah Abad
Bersama Tayo, Abah Mamad Tetap Gigih Jalani Masa Sulit
Dari Lahan Kubur, Wanita Renta ini Berusaha Hidupkan Dapur
Di Kandang Kambing Warga Jiput Ini Mencoba Bertahan Hidup
Berburu Kroto Liar Sebelum Lebat Hujan Mengejar