ESNBanten -Melanjutkan pendidikan di luar negeri, tentu menjadi mimpi sebagian orang, apalagi sekolah di negara maju seperti Japan, negeri asal Sakura.
Namun itu tidak bagi Luqman Abie Wijaya (12)- anak pertama dari pasangan Nur Syamsiyah Sriman dan Wahyu Jati Santoso- yang baru saja dinyatakan lulus dari sekolah Nagata shogakkou, di Tochigi ken.
Abie meminta bahkan mendesak kepada orangtuanya agar bisa “nyantri” di Gontor Jawa Timur, pasca lulus SD nanti.
“Ya, keinginan Abie untuk nyantri di Gontor itu sudah disampaikannya sejak kelas 5, “ jelas Nur Syamsiyah, melalui sambungan telephon kepada BantenTribun, Sabtu, 3 April 2021.
“ Meskipun terasa berat, kami tetap ijinkan Abie untuk mondok di Gontor. Membekali ilmu agama yang cukup untuknya, jauh lebih penting. Apalagi siswa Gontor juga harus menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam kegiatan sehari-harinya, sehingga ini akan berguna bagi anak kami yang berniat melanjutkan kuliah di luar negeri,” tambah Wahyu Jati Santoso, ayah Abie Wijaya, pekerja migran di salah satu perusahaan yang bergerak bidang instalasi listrik dan pembangkit listrik tenaga surya atau solar cell, di Japan.
Menurut Wahyu Jati, di Jepang mahasiswa asing banyak bergaul dengan mahasiswa berbagai negara. Mereka yang mendapat beasiswa belajar ke jepang rata-rata menggunakan bahasa Inggris. Ini juga salah satu motivasi bagi Abie untuk belajar bahasa Inggris dan Arab sekaligus mendapat kan ilmu agama sebagai pondasi yang kokoh untuk masa depannya.
“Selain memperdalam ilmu agama karena di negeri muslim minoritas ini tidak memungkinkan untuk itu. Secara usia Abie memasuki masa transisi sehingga pesantren di rasa tempat yang paling cocok untuk mempersiapkan masa baligh –nya” terang Nur Syamsiyah.
Nur Syamsiyah menceritakan, jika saat keberangkatan, Abie sama sekali tidak menangis. Justru Ia dan anak ke duanya yang menangis.
“Waktu melepaskan keberangkatan di bandara, Abie tidak menangis. Ayahnya juga berusaha untuk tidak, tapi sesudah pulang ke rumah, Ayah Abie baru menangis keras.
“Abie terlihat kuat banget. Bapaknya juga berusaha nggak nangis, baru setelah pulang ke rumah bapaknya nangis kuenceeeng banget. Seminggu sebelum keberangkatan, Abie memang pernah nangis, namun setiap malam jelang tidur, saya selalu pesan dan menasehati jika Abie pasti ‘Berani dan Bisa’,” ujar Nur.
“Sedihnya dikit waktu di Bandara Narita, pas mau berangkat. Saya ingin mondok di Pesantren Gontor 1, pinginnya sih sampai lulus SMA nanti,” kata Abie Wijaya, lewat telepon, saat dihubungi BantenTribun.
Memulai Perjalanan Panjang
Abie Wijaya pun memulai langkahnya mewujudkan mimpi nyantri di Gontor. Dengan dianter kedua orangtua dan dua adiknya, Ia nampak tegar berpisah dan mengawali perjalanan udara dari Bandara Internasional Narita, Rabu, 31 Maret 2021.
Pesawat Japan Air lines (JAL) penerbangan sore pukul 6 waktu setempat, menjadi saksi ikut mengantarkan niat bocah 12 tahun ini. Abie tiba di Bandara Soetta sekitar pukul 12 malam. Setibanya di Indonesia, ia harus menjalani karantina selama 5 hari.
“Karena pandemi, pendaftaran ke Gontor dilakukan secara daring dan tidak bisa diantar orangtua. Ada rasa khawatir sih di tempat karantina nanti, apalagi Abie tidak bisa makan makanan pedas. Abie juga sudah menulis surat untuk petugas karantina dan berharap bisa diberikan makanan yang tidak pedas, karena katanya tidak bisa beli makanan sendiri,” terang Nur Syamsiyah.
“Saya nggak takut berangkat sendiri juga. Kalau karantinanya 2 hari lagi. Jika sudah beres nanti dijemput sama Uwak dari Indramayu dan mampir ke tempat Bimbingan masuk pesantren (Bimatren) Darussalam di Karawang untuk menyerahkan berkas-berkas,” kata Abie.
Iman Khambali, pembimbing Bimatren Darussalam Karawang, mengatakan jika calon santri yang akan masuk atau mondok di Gontor, harus mempersiapkan 3 M.
“ Calon santri harus mempersiapkan Mental, Materi pengetahuan, dan Mindset. Kesiapan mental mengikuti pendidikan di Ponpes Gontor, tidak hanya bagi calon santri, tapi juga bagi keluarganya. Materi pengetahuan dasar agama juga harus disiapkan karena ada serangkaian tes. Selain itu, motivasi anak untuk mondok juga akan digali, apakah keinginan sendiri atau desakan orangtua, “ terang Iman Khambali, lewat pesan suara kepada BantenTribun, Sabtu sore (3/4/21).
Menurut Iman, calon santri Gontor akan mengikuti serangkaian seleksi berupa uji tulis dan lisan, sampai dinyatakan lulus. Ujian lisan, jelas Iman, berupa membaca Al-quran, tajwid praktik sholat, doa harian dan hafalan juz amma surat pendek. Sementara ujian tulis berupa psikotes, Matematika, Bahasa Indonesia dan Imla atau kemampuan anak menulis arab dari dikte yang diberikan.
“ Terpenting adalah kemampuan membaca dan menulis Al-quran. Saya sarankan Abie lebih mempersiapkan diri lebih baik lagi,” imbuhnya.
Sebelum di Nagata shogakkou , Luqman Abie Wijaya, tercatat sebagai siswa SD Aisyiah fullday Pandas Wedi Kabupaten Klaten, Yogyakarta sampai kelas 3, hingga diboyong keluarganya menetap di Japan. Sewaktu di Klaten, Ia tinggal di Dusun Gondangan, Jogonalan.
Tekadnya untuk nyantri, juga mendapat dukungan dari lingkungan keluarganya.
“Saya ikut seneng apalagi orangtua Abie sudah mengijinkan mondok di Gontor. Buat bekal ilmu agamanya,” kata Sumyati, Nenek Abie, seorang pensiunan guru agama SD di Karangampel Indramayu.
Tak Ada Pilihan Lain
Menurut Nur Syamsiyah, Abie tidak punya pilihan lain selain Ponpes Gontor.
“ Dari awal Abie hanya milih Gontor. Kalo ternyata belum rezekinya, Ia akan mendaftar di tahun berikutnya. Dan sementara bakal mondok di pesantren milik alumni. Mudah-mudahan saja diterima. Disini, sebelum berangkat, kami terus membimbing shalatnya, ngajinya, serta doa-doa harian, meskipun Abie sendiri belum khatam Al-quran,” terang Nur Syamsiyah.
Pendaftaran secara daring, kata Nur, di buka mulai 1 Ramadhan kurang lebih selama 10-15 hari. Sedangkan ujian dilakukan secara online di hari ke 5 bulan Syawal.
Diundang Wawancara
Sebelum meninggalkan Negeri Sakura, Abie dan Nur Syamsiyah sempat diundang wawancara. Nario Sen, You Tuber muslim blasteran Indonesia-Japan itu rupanya tertarik untuk mengetahui motivasi dan keinginann mondok Abie ke Gontor.
Wawancara Nario Send an Abie Wijaya, sudah diunggah sejak dua hari kemarin, dan sudah ditonton sebanyak 3.9 ribu.
Abie Wijaya, kini sudah kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Penerbangan 6 jam seorang diri bocah 12 tahun ini, baru dimulai untuk memulai jalan panjang menuju Pesantren Gontor, bekalnya membangun pondasi agama yang kokoh sebelum kembali belajar di luar negeri. Semoga mimpinya di Gontor dapat terlaksana. *(kar)