Moh. Maahir (25) langsung bersujud syukur saat turun dari ferry dan menjejakkan sepedanya di dermaga ekslusif Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, Sabtu (7/11) jam 2 siang.
Ia baru saja tiba di Provinsi Banten, provinsi ke tiga puluh empat sebagai wilayah terakhir dari target seluruh provinsi di Indonesia yang dijelajahinya ,setelah 2 tahun 8 bulan menempuh 21.774 Km.
ESNBanten - Menumpang ferry cepat dari Bakauheni, Lampung, sebagai ujung selatan Sumatera, dan mendarat di Pelabuhan Merak, Banten, Moh. Maahir disambut puluhan pesepeda Cilegon, yang dipimpin Gatot.
Saat ditemui di dermaga Merak, Maahir telah menempuh jarak sekitar 21.774 kilometer jalan darat. Jarak ini ditempuh sekitar dua tahun delapan bulan dengan memulai start dari Jakarta pada 11 Maret 2018.
“Saya start dari Jakarta tahun dua ribu delapan belas lalu, tepatnya 11 Maret 2018,” ungkap Maahir saat ditemui Banten tribun di dermaga Pelabuhan Merak sambil menyantap nasi Padang.
“ Jarak yang sudah saya tempuh tercatat 21.774 kilometer hingga Bakauheni, Lampung” sambungnya.
Ketika start dari Jakarta, Maahir langsung menuju kearah timur Indonesia dengan menyusuri Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur. Kemudian terus menyeberang berbagai pulau hingga menjelajah Papua. Dari Papua Ia menyeberang dan menjelajah ke Sulawesi, Kalimantan, kemudian Sumatra.
Dalam penjelajahannya, Maahir terus mengayuh sepeda sambil menyusuri jalan dengan berbagai medan. Salah satu tujuannya adalah menjelajah sekitar tiga puluh gunung dan mencapai target tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia atau yang lebih dikenal “Seven Summit Indonesia”.
Bukan tanpa halangan, selama penjelajahannya Ia sempat mengalami pecah ban dan mengganti sebanyak enam ban dalam dan sepasang ban luar. Namun Mahir enggan menyebut merk ban yang cukup handal tersebut akibat tak ada dukungan dari produsen.
“Bannya cukup handal, tapi jangan sebut mereknya kang, mereka gak mau support, sih” ungkapnya sambil berkelakar.
Dari perjalanannya, Maahir menceritakan pengalaman yang paling penuh tantangan adalah wilayah Papua. Ini karena banyak jalan antar kota disana yang belum tersambung, sehingga beberapa kali Ia harus menumpang kapal laut atau pesawat udara untuk menyambung perjalanannya.
“Beberapa kali saya harus balik arah ke pelabuhan atau bandara untuk naik pesawat kecil akibat jalan belum tersambung” ungkapnya
Untuk mengakhiri penjelajahannya, dari Merak Ia telah menyusuri jalan ke ibukota Banten dengan diiringi puluhan pesepeda Kota Cilegon.
Sabtu malam (7/11), Maahir, pemuda lajang lulusan SMK 58 Jakarta tahun 2013 ini, akan beristirahat dan menginp di PMI Provinsi Banten di Kota Serang, sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya.
Berikutnya Ia akan kembali menyusuri Banten dan kembali ke rumahnya di bilangan Ciracas, Jakarta Timur.**(Nur.H)