Tubagus Iwan Ridwan: Bakat Menulisnya Justru Ditemukan Seorang Prajurit

- Rabu, 1 Juli 2020 | 21:56 WIB
Tubagus Iwan Ridwan
Tubagus Iwan Ridwan

Siapa sangka, bakat menulisnya justru ditemukan oleh seorang prajurit saat ia mengikuti tes taruna Akmil. Ia terus mengasah ketrampilan menulisnya. Menurutnya, tidak ada yang sulit dalam menulis, yang ada hanya malas untuk memulai.

 

Padahal, orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian, katanya mengutip Pramoedya Ananta Toer. 

ESNBanten -Nama Tubagus Iwan Ridwan, pria kelahiran Kampung Ustad Adi Hidayat, Ciekek Babakan Karaton Pandeglang, kini kerap menghiasi wajah surat kabar ataupun media online, sebagai penulis opini atau artikel.

Padahal, sewaktu SD hingga SMA ia tidak menaruh minat apalagi merasa berbakat menulis. Tugas mengarang yang diberikan guru pelajaran Bahasa Indonesia, hampir tak pernah diselesaikan karena malas dan tidak tahu apa yang mau diceritakan.

“Saya teringat pada prajurit saat mengikuti tes calon Taruna Akmil di Bandung, yang menilai saya punya kemampuan menulis dan meminta untuk terus berlatih dan dikembangkan,” ungkap Iwan Ridwan, kepada BantenTribun, Rabu,1 Juli 2020.

Masuk Akmil dan menjadi perwira, memang menjadi mimpi awalnya, meskipun pada akhirnya gagal dan mentok ditahapan “pantauhir”.

Sementara cita-cita kuliah di Perguruan Tinggi saat itu hanya sebatas impian dan angan-angan saja, karena ia sadar dengan kemampuan ekonomi keluarganya.

Namun, hasratnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi semakin menguat ketika mendengar cerita pengalaman teman-temannya yang melanjutkan pendidikan dan menuntut ilmu di Kota Bandung.

 “Motivasi atau dorongan untuk kuliah memang saya akui banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan teman dan sahabat waktu SMA. Mereka secara tidak langsung menginspirasi dan menjadi motivator dalam mewujudkan mimpi kuliah di perguruan tinggi," katanya.

"Banyak aral yang harus dihadapi, meski pada akhirnya saya diterima dan bisa kuliah di Unpad Bandung,” kenang pria kelahiran Maret 1978 ini.

Pada saat kuliah di Bandung, ia tidak pasif dan mencoba mendalami dunia jurnalistik dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan jurnalistik dasar se – Bandung Raya yang diselenggarakan Universitas Pasundan.

Dari situ pula ia mulai mengetahui teknik penulisan artikel, berita, opini dan feature. Kemudian bersama  sahabatnya, Herdi Wibowo dan Windu Iwan Nugraha membentuk pers kampus, semacam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan nama Buletin Lentera. Saaran itu ia gunakan untuk mengasah bakat menulisnya.

 “Alhamdulillaah baru terbit langsung di “bredel” karena mungkin dianggap terlalu kritis oleh pimpinan kampus,” kata suami dari Popi Harpenasari, ASN yang bertugas di BPN Pandeglang.

Halaman:

Editor: admin

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Baden Powell, dan Kenangan Pramuka Saat Sekolah

Selasa, 22 Februari 2022 | 14:18 WIB

Peternak Madu Ketiban Cuan di Tengah Pandemi Corona

Senin, 13 Desember 2021 | 06:00 WIB
X