Ia mengaku akan tetap berjuang membongkar korupsi, meski nyawa ancamannya. John Bayanta berharap langkahnya menjadi ibadah sebagai tabungan akhirat, sebelum ajal menjemputnya.
Pria kelahiran tahun 1950 ini ternyata pernah bergabung di kesatuan elit Angkatan Laut. Karena alasan tertentu, mantan “sersan” ini lalu keluar, dan bergabung dengan dunia wartawan.
Pria kelahiran tahun 1950 ini ternyata pernah bergabung di kesatuan elit Angkatan Laut. Karena alasan tertentu, mantan “sersan” ini lalu keluar, dan bergabung dengan dunia wartawan.
Ia mengaku akan tetap berjuang membongkar kasus-kasus korupsi, meski nyawa ancamannya. John berharap langkahnya menjadi ibadah sebagai tabungan akhirat, sebelum ajal menjemputnya.
ESNbanten - Nama John Bayanta, memang dikenal sebagai aktifis anti korupsi yang anti kompromi, selain dikenal sebagai wartawan. Namun, siapa sangka, dibalik profesinya itu, banyak yang belum tahu kalau sebelumnya ia seorang “serdadu” dan tergabung dalam satuan elit, dengan pangkat terakhir sersan.
Dari namanya, dapat diduga kalau John Bayanta bukan kelahiran Pandeglang. Ia memang dialiri darah “Singarta Laut”, sebuah kepulauan dekat dengan pulau Mindanao Filipina di Sulawesi Utara.
Kakeknya, pernah menjabat sebagai Kepala “Douane” Sumatera Utara. (Douane, istilah yang digunakan untuk menyebut petugas Bea Cukai pada jaman Hindia Belanda-red). Tapi, John, anak ke 3 dari 9 bersaudara ini kelahiran Jakarat.
“Saya lahir dan besar di Jakarta, tahun 1950, Saya mundur dari kesatuan, bukan dipecat atau desersi,” katanya kepada BantenTribun, Selasa, 30 Juni 2020.
Pasca pengunduran dirinya dari kesatuan, John lalu bergabung sebagai wartawan. Ia memilih profesi ini karena tawaran kakaknya yang juga seorang wartawan.
Ia pernah tercatat sebagai wartawan Harian Mimbar Rakyat Sumatera Utara, dan pernah bergabung dengan beberapa surat kabar lainnya, dengan tugas liputan mencakup wilayah Sumut dan Aceh.
Tahun 1985, John Bayanta yang tercatat sebagai anggota PWI Jaya ini lalu bergabung dengan SKM Simponi dan ditugaskan di Unit Polri Polda Metro Jaya dan sekitarnya.
Sekitar tahun 1989, menurutnya, ia melakukan tugas liputan investigasi di Kecamatan Cikeusik Pandeglang.
“Waktu itu kasusnya kalau tidak salah penjualan beras raskin selama setahun, yang dilakukan pejabat setempat dan kasus pencaplokan lahan milik masyarakat,” ungkap John.