• Minggu, 24 September 2023

Ukur Bayi dengan Kue Cimplo dan Tradisi Irim-irim di Bulan Safar Masih Terjaga di Desa Indramayu Ini

- Selasa, 12 September 2023 | 14:20 WIB
Anak yang lahir bulan Safar atau Rebo Wekasan, di Desa ini wajib diberi nama dengan nama ikan (foto ilustrasi@esnbanten/adeni)
Anak yang lahir bulan Safar atau Rebo Wekasan, di Desa ini wajib diberi nama dengan nama ikan (foto ilustrasi@esnbanten/adeni)

ESNBanten--Sebagian masyarakat di Kabupaten Indramayu masih melakukan ritual acara menyambut Rebo Wekasan pada bulan Safar atau bulan Bala dengan membuat kue Cimplo.

Tak hanya itu, di Desa Sumbon, Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu ini, masih terjaga tradisi ukur bayi dengan kue Cimplo atau kue Apem.

Dewi Puspitasari, warga Desa Sumbon yang kini menetap di Kampung Nagara Kelurahan Kadumerak Pandeglang Banten, menyebutkan tradisi bayi yang baru lahir diukur dengan menggunakan kue Cimplo ini tetap terjaga sampai sekarang.

Nantinya mengukur badan bayi itu dengan apem, lalu orang tuanya melakukan acara saweran dan membagikan apem kepada para tetangga dan kerabat siang harinya.

Baca Juga: Anak Mulai Bisa Bicara Apa Saja yang Harus Diperhatikan? Jangan Ajari Bahasa Cadel

Menurutnya, tradisi ukur dengan Cimplo dan membagikannya ke tetangga atau dikenal juga dengan tradisi irim-irim, diyakini berasal dari tradisi dari para leluhur.

Namun demikian dewi tidak mengetahui persis sejak kapan tradisi ukur bayi dengan kue Cimplo ini lahir.

"Tradisi ngukur bayi yang lahir pada bulan Safar dengan kue Cimplo dan irim -irim ini masih berjalan sampai sekarang," kata Dewi Puspitasari, Selasa, 12 September 2023.

"Sebagian warga desa asal saya memaknai bulan Safar sebagai bulan Cimplo. Di beberapa daerah ada yang melakukannya dengan tradisi Rebo Wekasan, berbagi apem dengan tetangga, dan ada juga yang melaksanakan ritual dan ukur Cimplo," ujarnya.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-23 Dihajar Turkmenistan 1-3 di Kualifikasi, Kenangan Buruk Ini Jangan Sampai Terulang

Dewi menjelaskan lebih lanjut, bayi yang sudah puput atau lepas tali pusar, maka sebelum diberi nama, bayi itu diukur dengan kue Cimplo di sekeliling badannya.

"Maksud dari ritual tersebut yaitu supaya bayi terhindar dari segala macam penyakit kemudian jumlah Cimplo yang dikelilingkan sebagai pengukurnya harus dibuat sejumlah itu di setiap bungkusnya dan dibagikan kepada tetangga dan saudara," terang Dewi.

Maknanya berarti berbagi kebahagiaan atas rezeki yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.

Bayi yang telah diukur Cimplo itu kemudian segera dipersiapkan untuk diberi nama.

Halaman:

Editor: Kamim Rohener

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X